Mungkin masih ada pemikiran yang mengatakan bahwa penempatan perempuan jauh dari keluarganya tidak manusiawi. Namun jika kita memandang dari prespektif gender, sebenarnya sama saja, laki-laki pun tidak seharusnya jauh dari keluarganya. Karena baik laki-laki maupun perempuan secara bersama-sama memiliki tanggung jawab yang besar dalam membangun generasi mendatang.
Dengan kepedulian pada pengarusutamaan gender, beberapa tahun lalu pegawai perempuan di salah satu unit eselon I Kemenkeu yang akan dipromosikan diberitahu lebih dulu. Ia diberikan kesempatan untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan dengan keluarganya tentang kemungkinan untuk mengambil kesempatan tersebut.
Langkah yang dilakukan ini cukup adil dan manusiawi, sehingga seseorang diberikan hak untuk 'memilih' dan 'menentukan' hidup dan karirnya. Jika mau mengambil kesempatan tersebut, maka akan ada konsekuensi lain yang perlu diperhitungkan dalam 'perjuangannya'. Memang tidak mudah, namun hidup adalah pilihan, jadi itulah konsekuensi dari sebuah pilihan.tinggal bagaimana kita memandangnya melalui 'jendela' yang lebih bersih dan luas.
Penulis berpendapat, untuk menjamin keadilan perspektif gender dalam penerapannya, maka sistem promosi dan mutasi pegawai memang perlu terus dibenahi. Meskipun usaha pembenahan itu sudah ada dan mulai terasa hasilnya. Terutama dalam hal keadilan gender.
Pegawai laki-laki yang sudah bertahun-tahun berpisah jauh dari keluarganya pun (baik dengan alasan yang kuat maupun yang kurang kuat), tentu menjadi 'merasa tidak adil'. Pandangan umum mengatakan, kodrat laki-laki adalah pemimpin rumah tangga sehingga kemungkinannya untuk 'diikuti' oleh keluarganya memang lebih besar. Dibandingkan perempuan yang secara kodrati adalah 'perdana menteri' dalam rumah tangga, sehingga tetaplah ia perlu berdiskusi dengan 'presidennya' apakah harus ‘berjauhan’ atau 'membawa' keluarganya dalam dinas.
Manakala ada transparansi kompetensi jabatan dalam berbagai ranah struktural maupun fungsional maka pengangkatan atau pemindahan suatu jabatan (promosi dan mutasi) akan dirasakan adil dan memiliki prespektif gender. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan berupaya dengan baik mengikuti aturan dan alur yang sudah disepakati. Keadilan gender menjadi lebih baik dan lebih sehat lagi. Tidak seorang pun yang merasa diperlakukan kurang adil dari sisi gender.
Implementasi pengarusutamaan gender masih sangat luas untuk dikupas. Penggambaran persoalan promosi dan mutasi tersebut hanya untuk membuka cakrawala dan wahana bahwa banyak dimensi lain dari gender mainstreaming yang dapat kita kembangkan.